TWA SIBOLANGIT
Pada tahun 1914 atas prakarsa DR.J.C. Koningbenger didirikan Kebun Raya (Botanical Garden) Sibolangit oleh Tuan J.A Lorzing sebgai cabang dari Kebun Raya Bogor. Selanjutnya pada tanggal 24 Mei 1934 dengan SK.Z.B No.85/PK, Kebun Raya diubah statusnya menjadi Cagar Alam. Pada tahun 1980 berdasarkan SK Menteri Pertanian No.636/Kpts/Um/1980 sebagian Cagar Alam seluas 24,85 Ha diubah statusnya menjadi TWA. Sibolangit,Mengingat kawasan ini memiliki pemandangan alam yang indah, pohon-pohon yang rimbun, bunga-bunga serta burung-burung yang menarik. Secara administratif pemerintah TWA. Sibolangit terletak di Desa Sibolangit kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara sedangkan secara geografis TWA Sibolangit terletak antara 98o36’36” – 98o36’56” Bujur Timur dan 3o17’50” – 3o18’39” Lintang Utara seluas 24,85 hektar. Taman Wisata Alam Sibolangit berada pada wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II Stabat, Bidang KSDA Wilayah I Kabanjahe, Balai Besar Sumber Daya Alam Sumatera Utara.
Flora yang tumbuh di kawasan ini sebagian jenis asli dan sebagian berasal dari luar (tanaman eksotik). Tanaman dari luar umumnya terdiri dari pohon yang besar dengan diameter lebih kurang 1 meter, seperti jenis Sonokembang (Dalbergia latifolia), Angsana (Pterocarpus indicus), dan Kelenjar (Samanea saman), sedangkan jenis tanaman asli adalah Meranti (Shorea sp), Manggis (Garcia sp), Kenanga, Kulit Manis, 30 spesies Ficus, 20 jenis Kecing (Quercus sp), palm, pinang, dan mira. Tanaman bawah atau ground cover yang dipakai sebagai pembatas jalan setapak pada umumnya didominasi jenis Anthurium dari famili Aracaceae. Di TWA. Sibolangit juga ditemukan salah satu tumbuhan yang tergolong langka dan mempunyai daya tarik tersendiri yaitu bunga bangkai (Amorphophallus titanium). Jenis tumbuhan bawah lainnya yang dapat dijumpai di dalam TWA Sibolangit adalah berbagai jenis paku-pakuan, talas hutan, rumput, jamur, dan anggrek hutan. Potensi yang tak kalah menariknya adalah tanaman obat. Inventarisasi yang dilakukan tahun 2000 menyebutkan bahwa terdapat 89 jenis tanaman obat-obatan. Tanaman obat-obatan yang dapat juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain Bunga Tiga Lapis (Calanthe veratrifolia), Tungkil-tungkil (Dendrobium crumenatum), Selembar Sebulan (Vervolia argoana), Pinang Pendawar (Didysmosperma pophyrocarpum), Paku loncat (Pteris enceformis), dan jenis lainnya. Jenis fauna yang sering dijumpai adalah kera (Macaca fascularis), lutung (Presbytis sp), burung kutilang (Pycnonotus aurigaster), elang bido (Spilornis cheela), kacer, srigunting (Dicrurus sp), dan satwa lainnya seperti : babi hutan (Sus scrofa), kancil, kus-kus, ular phyton (Pyton reticulatus), kadal (Mabayu multifasciatus), biawak (Varanus salvator), rangkong (Famili bucerotidae). Potensi lainnya adalah pengembangan pendidikan lingkungan dan pusat penelitian potensi tumbuhan yang bagus merupakan modal bagi kegiatan pendidikan lingkungan di TWA Sibolangit. Selain itu terdapat pengembangan ekowisata. Kebutuhan masyarakat perkotaan akan suasana alam yang asri dapat ditemukan di Taman Wisata Alam Sibolangit dimana jaraknya yang tidak terlalu jauh dari kota Medan. Penyebaran informasi dan promosi kawasan TWA. Sibolangit akan terus dilakukan dengan cara mengadakan pameran, membuat leaflet/booklet, sosialisasi ke media massa dan sebagainya.
Posted in Taman Wisata Alam by Umi Chaniago with no comments yet.
TWA SICIKE-CIKE
Penetapan dan Penunjukan Kawasan hutan Adion Tinjoan berdasarkan GB tanggal 9 September 1933 Nomor 47 bagian II Sub I register 67 seluas 19.780 Ha. Proses penataan batas selesai dilaksanakan pada tanggan 13 Oktober 1934 dengan tanda/pal batas 225 buah dan jalan batas yang merupakan batas luar kawasan sepanjang 118 (Bappeda Dairi 2010). Kawasan Hutan Adian Tinjoan (Register 67) terketak disebelah Selatan Kabupaten Dairi dan merupakan batas dengan Kabupaten Pakpak Barat, berada diantara Kecamatan Parbuluan dan Sitinjo Kabupaten Dairi. Kawasan Hutan Adian Tinjoan sebagai Hutan Produksi Tetap seluas 7.337 Ha dan Hutan wisata Danau Sicike Cike 575 Ha. Berdasarkan peta hutan kawasan Propinsi Dati I Sumatera Utara lampiran Surat Keputusan Menteri Pertanian No.923/Kpts-Um/12/1982 Kelompok Hutan Danau Sicike Cike di Kabupaten Dati II Dairi telah ditunjuk sebagai Hitan Produksi Terbatas. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1989 pada tanggal 7 Pebruari 1989 tentang Perubahan Fungsi Hutan Produksi Terbatas Danau Sicike Cike seluas 575 Ha yang termasuk di Kabupaten Dati II Dairi, Propinsi Dati I Sumatera Utara menjadi Hutan Wisata.
Secara administratif pemerintahan, TWA Sicike Cike terletak di Desa Lae Hole I dan Desa Lae Hole II kecamatan Perbuluan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat (pemekaran kabupaten Dairi). Secara geografis terletak antara 98o20’-98o 30’ BT dan 2o 35’-2o 41’ LU. Secara administratif pemangkuan kawasan TWA Sicike Cike termasuk ke dalam wilayah Seksi Konservasi Wilayah I Sidikalang, Bidang KSDA Wilayah I Kabanjahe Balai Besar KSDA Sumatera Utara.
Tumbuhan asli yang terdapat di Taman Wisata Alam Sicike-cike adalah jenis Sampinur tali, Sampinur Bunga, Haundolog dan Kemenyan. Tanaman hias seperti anggrek dan kantung semar sangat mudah dijumpai di Taman Wisata Alam ini. Selain itu juga terdapat Rotan, bebrapa jenis pakis, paku-pakuan, liana dan lain-lain. Jenis-jenis satwa liar yang mendiami Taman Wisata Alam ini adalah Siamang, Musang (Paradoxurus hermaprodicus), Itik Liar, Burung Enggang (Buceros sp) dan jenis lainnya. Satwa-satwa yang mudah dijumpai adalah burung-burung dan serangga terutama kupu-kupu. Potensi lainnya adalah potensi wisata berupa Sungai Lae Pandaro dengan airnya yang cokelat serta udara yang sejuk adalah sambutan pertama saat mencapai pintu masuk taman wisata ini. Jalan berliku dan basah menuju danau ini merupakan salah satu jalur tracking yang menawan bagi para pelancong yang ingin menjelajahi TWA Sicike Cike. Bersampan di danau dan pengamatan flora fauna juga dapat menjadi salah satu pilihan dalam berwisata di kawasan ini. Potensi keunikan lainnya adalah terdapat 4 buah danau yang airnya tidak pernah bertambah dan juga berkurang meskipun musim penghujan maupun musim kemarau. Dari ke 4 danau ini juga tidak dijumpai adanya aliran air/anak sungai yang menjadi sumber pasokan air. Hal yang serupa adalah tidak adanya aliran air keluar dari danau. Selain itu salah satu danaunya merupakan tempat upacara adat setempat. Potensi keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang tinggi merupakan obyek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Posted in Taman Wisata Alam by Umi Chaniago with no comments yet.
TWA SIJABA HUTAGINJANG
Secara administratif pemerintahan, TWA Sijaba Hutaginjang berada di tiga desa yaitu Desa Silando, Huta Ginjang dan Desa Sitanggor, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Kawasan ini berada pada ketinggian 960 – 1095 meter dpl dan berada sekitar 4 km dari tepian Danau Toba yang merupakan salah satu keunikan dunia. Kawasan TWA Sijaba Hutaginjang yang berada di atas Danau Toba ini terdiri dari dua fragmen/kelompok kawasan hutan dengan total luas ± 500 Ha. Namun kedua kawasan tersebut menjadi satu kesatuan yang disebut dengan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang dan menjadi satu pengelolaan.
Kawasan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang berada di Kecamatan Muara yang tergolong masih berpenduduk jarang, mengingat dari data statistik tahun 2001, Kecamatan ini memiliki kepadatan sebesar ± 5 jiwa/km², dimana luas Kecamatan yang berada di pinggiran Danau Toba ini adalah 117,65 km². Sebagian besar penduduk Kecamatan Muara terutama yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang menggantungkan hidupnya dari bertani, baik bertani di sawah, ladang palawija, maupun kebun tanaman keras. Bertani di ladang basah (sawah) tanaman utama adalah padi dan bawang merah. Sedangkan palawijanya yang menjadi primadona adalah kacang tanah, jagung, ubi jalar dan ubi kayu/singkong. Untuk tanaman keras yang menjadi andalan dari kebun adalah kopi, kemiri dan kelapa. Interaksi masyarakat sekitar kawasan dengan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang cenderung tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya salah satu badan usaha dalam bentuk koperasi yang melakukan kegiatan budidaya tanaman karet di dalam kawasan tanpa ijin. Selain hal tersebut, masyarakat di sekitar kawasan apresiasinya terhadap konservasi sumber daya alam cukup bagus, dibuktikan dengan harapan agar kawasan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang segera dikelola dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar yang sebagian besar berpendapatan rendah. Hal tersebut di atas kemungkinan salah satu dampak dari lahan yang margin sehingga pendapatan masyarakat dari hasil bumi rendah. Dengan demikian, diharapkan ada alternatif pendapatan masyarakat yang bersumber dari luar bercocok tanam, misalnya dari pengembangan pariwisata alam. Keinginan masyarakat untuk segera dikembangkannya pengelolaan dengan membangun sarana prasarana wisata hasil dari melihat saudara mereka yang berada di Parapat yang mampu mengantungkan hidup dari usaha di bidang pariwisata.
Tanaman pioner yang berupa pinus-pinusan yang banyak terdapat pada dataran tinggi, semak, kaliandra, ilalang dan sebagainya mendominasi kawasan ini akibat kurangnya pasokan unsur hara dan rendahnya kelengasan tanah. Namun pada bagian sisi Barat Laut dari Kawasan Hutaginjang terdapat sekelompok tanaman Pinus/Tusam (Pinus merkusii). Menilik dari rendahnya jenis tanaman habitus pohon, maka kawasan Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang dapat sebagai lahan penunjang budidaya tanaman Pinus, dan perlu dikembangkan arboretum sebagai lokasi koleksi berbagai tanaman, dengan mempertimbangkan faktor fisik Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang, sehingga mampu membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Tanaman semak dan perdu di kawasan ini membuka peluang menjadi habitat berbagai jenis serangga untuk berkembang biak. Sesuai kaidah piramida makanan, ada sumber pakan maka akan ada predator. Oleh karena itu kawasan yang menjadi habitat serangga ini juga menjadi habitat bagi burung – burung kecil pemakan biji serta serangga. Selain itu juga terdapat burung Elang karena di kawasan ini juga terdapat binatang kecil pengerat seperti tikus, juga beberapa jenis reptil. Menilik dari fauna yang ada di dalam kawasan, Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang membuka peluang untuk dikembangkan sebagai lahan penelitian bagi ekosistem dataran tinggi dengan iklim kering, serta penelitian bagi berbagai jenis serangga dan burung kecil pemangsa serangga/biji. Selain hal tersebut juga peluang pengembangan wisata pengamatan burung. Alternatif lain adalah membangun kebun burung yang mampu menampung berbagai jenis burung yang berada di Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang, sehingga mampu menjadi daya tarik dan sumber gen berbagai jenis burung dari dataran tinggi. Oleh karena itu diperlukan mitra untuk berpartisipasi mewujudkan hal tersebut.
TWA Sijaba Hutaginjang berada pada areal yang belum mengalami pencemaran udara; berada dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan; berada pada ketinggian di atas 900 mdpl, maka kawasan ini akibat ketiga hal tersebut memiliki udara yang sejuk dan suasana yang tenang. Selain hal tersebut, kawasan ini juga berpotensi untuk dikembangkan karena potensi lain yang dimiliki kawasan ini seperti obyek wisata sekitar kawasan. Berkaitan dengan upaya pengembangan kepariwisataan alam, potensi yang penting adalah letak kawasan ini yang berdekatan dengan obyek wisata lain yaitu yang berada di radius 10 – 15 km adalah lokasi panorama Hutaginjang, dari lokasi ini kita dapat memandang bebas Pulau Samosir, Pantai Balige, Pantai Muara dan areal persawahan di pinggiran Danau Toba. Selain itu juga berdekatan dengan Istana Sisingamangaraja, Tobak gulu-gulu, dan tempat makam Raja Sisingamangaraja ke XII. Terdapat rencana pengembangan Pulau Pardepur/Sibandang, untuk dijadikan pusat wisata dan hiburan ekslusif oleh Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang berada ± 4 km dari kawasan. Merupakan bagian dari jalur wisata Danau Toba (Parapat)–Tarutung–Sipirok–Taman Nasional Batang Gadis–Sumatera Barat. Selain itu Tapanuli juga merupakan daerah yang memiliki keunikan tinggi di Sumatera Utara, baik karena kultur budayanya maupun karena sumber daya alam yang dimiki. Oleh karena itu dari masa ke masa, Tapanuli khususnya Kabupaten Tapanuli Utara telah banyak dikunjungi oleh pengunjung dari berbagai daerah bahkan dari berbagai negara. Mereka melakukan kunjungan ke Tapanuli Utara dalam rangka pengembangan usaha dan untuk rekreasi. Pengunjung manca negara dalam satu tahun yang terdata rata rata antara 100 – 200. Menilik tingginya pengunjung yang datang ke Tapanuli Utara sebenarnya juga merupakan potensi untuk pengembangan TWA Sijaba Hutaginjang.
Posted in Taman Wisata Alam by Umi Chaniago with no comments yet.
WISATA EKOLING MTS MIFTAHUSSALAM MEDAN KE TWA SIBOLANGIT
Sibolangit, 20 Agustus 2018
Masih dalam suasana Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) Tahun 2018 serta Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 73, kembali Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit dikunjungi 161 orang siswa/siswi Sekolah MTs Miftahussalam Medan didampingi 13 guru pembimbing pada hari Sabtu 18 Agustus 2018.
Rombongan dipimpin langsung Kepala Sekolah Miftahussalam Medan Ibu Ruhama, S.Pd.I dan Ketua rombongan sekaligus Guru Romi Aswandi Sinaga. Ruhama, S.Pd.I menjelaskan bahwa kegiatan kunjungan TWA Sibolangit adalah dalam rangka wisata sambil belajar tentang Pengelompokan Jenis-jenis Tumbuhan Monokotil atau Dikotil. Diharapkan dengan kegiatan pembelajaran ini siswa/siswi dapat lebih mengenal tumbuhan monokotil dan dikotil melalui praktek langsung dilapangan (TWA. Sibolangit)
Kegiatan yang berlangsung selama 2 (dua) jam, dimulai dari pukul 09.30 dan berakhir pada pukul 11.30 wib, mendapat sambutan dan respon yang baik dari seluruh peserta siswa/siswi MTs Miftahussalam Medan. Proses pembelajaran dengan praktek langsung dilapangan menyenangkan bagi peserta. Di lapangan peserta didampingi oleh 6 Petugas Resort CA/TWA Sibolangit, masing-masing Zakia Sheila Paradilla S.KH, Drh Tia Zalia Btb, Musim Ketaren, Mastria Ivit Jawak, Sangap, Samuel Siahaan, SP.
Diakhir kegiatan Kepala Resort Konservasi Wilayah CA/TWA Sibolangit, Samuel Siahaan, SP mewakili Balai Besar KSDA Sumatera Utara, menyerahkan berbagai bahan/materi informasi berupa : Buletin Beo Nias, Buku tentang konservasi, Booklet, DVD Kawasan TWA Sibolangit dan Stiker. Pada kesempatan itu Kepala Resort juga mempersilahkan para Siswa yang ingin berkunjung kembali ke TWA Sibolangit untuk belajar lebih dalam lagi tentang potensi keanekaragaman hayati di kawasan TWA Sibolangit.
Saat berbincang dengan Kepala Sekolah MTs Miftahussalam Medan, Kepala Resort CA/TWA Sibolangit mensosialisasikan Program Pendidikan dan Penyuluhan KSDA yang sedang dikembangkan di TWA Sibolangit sebagai bagian dari Dokumen Pelaksanaan Role Model BBKSDASU Tahun 2018 ini.
“Keberlanjutan Role model Pengembangan TWA Sibolangit untuk Edukasi Konservasi dan Lingkungan (EKOLING) sangat diperlukan kerjasama dengan para stakeholder. Kerjasama itu dimulai dari tingkatan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas,” ujar Samuel Siahaan.
Pada akhir Acara Kepala Sekolah MTs Miftahussalam Medan berharap segera terjalin kerjasama dan segera mungkin tim BBKSDASU datang berkunjung kesekolah MTs Miftahussalam Medan dan pihak sekolah siap menfasilitasinya. (Samuel Siahaan/PEH Pertama).
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
BUAYA SINYULONG PENGANGGU WARGA AEK NATAS
Pematangsiantar, 14 Agustus 2018
Bermula pada Sabtu tanggal 11 Agustus 2018, tim Balai Besar KSDA Sumatera Utara mendapatkan laporan tentang keberadaan satu individu Buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelii). Buaya Sinyulong ini kerap menampakkan diri di aliran sungai Aek Natas Kelurahan Bandar Durian Kecamatan Aek Natas Kabupaten Labuhan Batu Utara dan mengganggu warga yang sedang mandi serta memancing.
Selanjutnya tim Penanganan Konflik Satwa dan Manusia Balai Besar KSDA Sumatera Utara dari Bidang KSDA Wilayah II Pematangsiantar segera menindaklanjuti laporan tersebut. Tim bekerjasama dengan personil Koramil dan Kepolisian Sektor Aek Natas serta warga Kelurahan Bandar.
Setelah melakukan berbagai upaya akhirnya warga berhasil menangkap Buaya Sinyulong yang berjenis kelamin betina dengan panjang 3 meter, dan diamankan oleh Kepala Dusun. Pada hari itu juga Kepala Dusun menyerahkannya kepada Balai Besar KSDA Sumatera Utara guna penanganan dan proses tindak lanjut.
Buaya Sinyulong berhasil dievakuasi tim dalam kondisi hidup dan dititipkan di Taman Margasatwa Medan Zoo. Sampai saat ini Buaya Sinyulong dirawat dan ditangani secara khusus oleh tim pengelola Taman Margasatwa Medan Zoo. (Presli)
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
PERINGATAN HKAN 2018 BALAI BESAR KSDA SUMATERA UTARA
Sibolangit, 10 Agustus 2018
Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) merupakan salah satu momentum peringatan lingkungan hidup di indonesia. Peringatan HKAN ini pertama kali diselenggarakan pada tanggal 10 Agustus 2009, melalui penetapan Presiden RI dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2009.
Penyelenggaraan Peringatan HKAN dimaksudkan sebagai upaya kampanye dan sosialisai kepada masyarakat luas akan pentingnya konservasi alam bagi kehidupan serta kesejahteraan umat manusia. Disamping itu, juga, untuk mengedukasi masyarakat agar ikut serta (berperan aktif) dalam menjaga dan menyelamatkan ekosistem alam.
Pada tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kembali menyelenggarakan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional, dengan mengangkat tema “Harmonisasi Alam dan Budaya”. Tema ini dapat juga dimaknai sebagai gerakan nasional yang mensinkronkan/mensinergikan berbagai potensi budaya termasuk kearifan lokal guna mendukung upaya-upaya konservasi alam.
Khusus untuk Propinsi Sumatera Utara, Balai Besar KSDA Sumatera Utara menyelenggarakan peringatan HKAN Tahun 2018, dengan melaksanakan berbagai kegiatan (Road to HKAN) yang sudah dimulai dari bulan Juli 2018, seperti : pelepasliaran (release) satwa liar pada tanggal 12 Juli 2018 di kawasan TWA Sicike-cike Kabupaten Dairi, Kegiatan visit ti school team Bidang Konservasi Wilayah II Pematangsiantar masing-masing ke SMP Negri 3 Muara Kabupaten Tapanuli Utara pada tanggal 21 Juli 2018 dan SD Negri No. 095186 Tanjung Dolok Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun pada tanggal 31 Juli 2018.
Kemudian penyerahan dua individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dari masyarakat Kabupaten Dairi yang dititipkan melalui Taman Hewan Pematangsiantar ke Pusat Karantina Orangutan Sumatera (PKOS) Batu Mbelin Sibolangit pada tanggal 2 Agustus, aksi bersih kawasan TWA Sibolangit bernama Kelompok Sadar Wisata Sibolangit Berseri pada tanggal 29 Juli 2018, 5 Agustus 2018 dan 8 Agustus 2018, serta Lomba Lagu Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) dan Pentas Seni Budaya (Lagu/Tarian) pada tanggal 9 Agustus 2018.
Puncak HKAN Tahun 2018 dilaksanakan di Taman Wisata Alam Sibolangit pada tanggal 10 Agustus 2018 dengan berbagai kegiatan, seperti : Pentas Seni Budaya, Launching Program pendidikan dan penyuluhan KSDA Tahun ke 2, penyerahan burung dilindungi berupa satu individu Kakak Tua Jambul Kuning (Cacatua galerita) dan satu individu Elang Bondol (Haliastur indus) dari warga pematangsiantar ke pusat penyelamatan satwa (PPS) Sibolangit, penyerahan obsetan Beo Nias dari masyarakat melalui lembaga Indonesia Species Concervation Program (ISCP) dan pelepasan burung serta penyerahan hadiah kepada pemenang lomba lagu HKAN dan pentas seni budaya.
Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara Dr. Ir. Homauli Sianturi,M.Sc,For, dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan peringatan HKAN Tahun 2018 kali ini Balai Besar KSDA Sumut didukung oleh lembaga mitra, Kelompok Sadar Wisata Alam Sibolangit Berseri, dan masyarakat, termasuk dari kalangan generasi muda, dengan harapan semangat “Harmonisasi Alam dan Budaya” dapat di implementasikan dalam upaya konservasi di tengah-tengah masyarakat.
Lebih lanjut Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara menjelaskan, disamping itu momen HKAN Tahun 2018 juga dijadikan sebagai ajang promosi kawasan TWA Sibolangit sebagai salah satu role model pengembangan untuk wisata edukasi konservasi dan lingkungan (ekoling) melalui kegiatan pembangunan sarana prasarana wisata, MoU dengan sekolah-sekolah, aksi pungut sampah, kerjasama paket wisata, pelatihan photografer dan interpreter, serta peringatan hari-hari lingkungan hidup dan kehutanan. Dengan promosi ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan penerima PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).
“Harapan kami, melalui kegiatan HKAN Tahun 2018 ini akan memberi edukasi, pencerahan dan motivasi serta inspirasi warga masyarakat, guna berperan aktif dalam upaya konservasi alam di Sumatera Utara, dan menjadikan kawasan TWA Sibolangit sebagai salah satu tujuan wisata unggulan di propinsi Sumatera Utara berbasis konservasi,” Ujar Hotmauli mengakhiri sambutannya. (Evan)
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
ATASI PERMASALAHAN IKAN BERBAHAYA, BALAI BESAR KSDA SUMUT GELAR RAPAT KOORDINASI
Medan, 8 Agustus 2018.
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan peredaran ikan berbahaya dari luar negeri ke wilayah Republik Indonesia, khususnya di Propinsi Sumatera Utara, bertempat di ruangan rapat Balai Besar KSDA Sumatera Utara, pada Jumat 3 Agustus 2018, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi pihak-pihak terkait tentang permasalahan Ikan Arapaima, Lele Amazone, Ikan Piranha dan Aligator di Sumatera Utara.
Rapat yang dipimpin Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Dr. Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc.For, yang dihadiri Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara, Kepala Balai Karantina dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan Kelas I Kuala Namo, utusan dari Dinas Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara, Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, Kepala Stasiun KIPM Medan II, Kepala Stasiun KIPM Tanjung Balai Asahan dan Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Belawan, menghasilkan beberapa rumusan/kesepakatan, diantaranya :
- Memetakan penyebaran kepemilikan dan lokasi jenis ikan Arapaima, Lele Amazone, Piranha dan Aligator di Sumatera Utara untuk dilakukan pemusnahan terhadap keempat jenis ikan tersebut.
- Apabila ada permintaan satwa tersebut untuk tujuan edukasi sebaiknya diserahkan ke Balai Besar KSDA Sumatera Utara yang selanjutnya diserahkan ke Lembaga Konservasi, tapi harus ditetapkan standar minimal kesejahteraan satwa.
- Menyusun SOP pengawasan dan standar minimal kesejahteraan satwa bagi pemeliharaan di lembaga konservasi untuk kedua jenis tersebut.
- Pemusnahan harus memperhatikan etika pemusnahan satwa.
- Akan dibentuk Satgas Penanganan Permasalahan Satwa Jenis Invasif yang melibatkan para pihak (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara, Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Balai Karantina dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan Kelas I Kuala Namo, Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan Perikanan Belawan dan Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera).
Rapat ini juga menindaklanjuti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tanggal 17 September 2014, tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya Dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia serta Paeraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tanggal 6 Desember 2016 tentang Jenis Invasif. (Evan)
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
WARGA PEMATANGSIANTAR SERAHKAN BURUNG DILINDUNGI
Pematangsiantar, 3 Agustus 2018
Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Bidang Konservasi Wilayah II Pematangsiantar menerima penyerahan satwa yang dilindungi dari Beby, warga kota Pematangsiantar, berupa satu individu Burung kakaktua Jambul Kuning (Cacatua galerita ) dan satu individu Elang Bondol (Haliastur indus), pada hari Sabtu tanggal 28 Juli 2018, di kediamannya Desa Simarito Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar.
Penyerahan ini bermula dari informasi yang diterima oleh Tim Patroli Pengamanan Hutan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar Bidang Konservasi Wilayah II Pematangsiantar tentang pemeliharaan satwa dilindungi oleh warga. Menindaklanjuti laporan tersebut tim melakukan pendekatan dan penyuluhan kepada warga dimaksud, yang akhirnya dengan kesadaran sendiri dan secara sukarela menyerahkan kedua satwa tersebut kepada petugas. Setelah diterima kemudian petugas membawa kedua satwa ke Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Sibolangit untuk perawatan dan rehabilitasi.
Dengan penyerahan satwa dilindungi ini diharapkan menjadi contoh bagi warga lainnya dalam menumbuhkan kesadaran akan perlunya upaya penyelamatan dan pelestarian tumbuhan dan satwa liar, sehingga kebiasaan yang baik ini nantinya akan menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat. (Presli)
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
TELAH LAHIR LAGI ANAK GAJAH DI BARUMUN
Barumun, 3 Agustus 2018
Satu ekor lagi anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) lahir di Barumun sehingga menambah jumlah populasi gajah di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) menjadi 15 ekor. Adapun anak gajah berjenis kelamin betina lahir pada hari Minggu tanggal 29 Juli 2018 pada pukul 23.00 WIB dengan proses kelahiran normal. Anak gajah yang berasal dari indukan betina Poppy dan indukan jantan Dwiky lahir dengan berat badan 96,49 kg tinggi badan 86 cm dan lingkar dada 107 cm. Saat ini kondisi anak gajah sehat, aktif dan sudah langsung menyusu pada induknya.
Sebelumnya, pada tanggal 16 Juni 2018 seekor anak gajah telah lahir dari induk betina Dini dan diberi nama Fitri oleh Menteri LHK. Nama fitri ini diberikan sesuai dengan kelahiran anak gajah pada saat suasana hari raya idul fitri.
Peningkatan populasi Gajah Sumatera ini merupakan buah manis kerjasama antara BBKSDA Sumatera Utara dan BNWS yang di mulai sejak tahun 2016. Hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya konservasi gajah eksitu di Provinsi Sumatera Utara. Diharapkan kelahiran anak gajah di Sumatera Utara bisa menjadi pengobat kesedihan hati akibat kematian gajah yang baru-baru ini terjadi di Aceh (gajah bunta).
BBKSDA SUMUT saat ini mengelola konservasi gajah eksitu di 3 (tiga) tempat sebanyak 22 ekor yaitu Pusat Latihan Gajah Holiday Resort Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebanyak 3 (tiga) ekor, Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) Desa Batu Nanggar Kecamatan Batangonang Kabupaten Padang Lawas Utara sebanyak 15 (limabelas) ekor, Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun sebanyak 4 (empat) ekor.
Seperti diketahui bahwa status konservasi gaj ah sumatera adalah satwa dilindungi dan berstatus Kritis (Critically Endangered) menurut IUCN serta tercantum dalam lampiran I CITES. Hilangnya habitat menjadi ancaman utama menurunnya populasi gajah, selain perburuan dan konflik manusia dan satwa liar gajah. Perubahan habitat meningkatkan kerentanan terhadap kelestarian populasi dimana gajah sumatera sangat tergantung pada habitat yang luas sesuai dengan tuntutan kebutuhan pakan, air dan ruang.
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
DUA ORANGUTAN SUMATERA PENYERAHAN MASYARAKAT DIREHABILITASI
Medan, 2 Agustus 2018
Beberapa waktu yang lalu Taman Hewan Pematangsiantar (THPS) menerima 2 individu Orangutan Sumatera (Pongo abelii), yaitu 1(satu) individu umur betina 9 tahun 1 (satu) individu jantan umur 4 tahun dari masyarakat Sidikalang Kabupaten Dairi. Keberadaan dua individu orangutan tersebut sudah dilaporkan oleh TPHS kepada Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Berdasarkan laporan TPHS langsung dilakukan pengecekan dan pemeriksaan kesehatan Orangutan Sumatera dan kesimpulannya adalah bahwa dua orangutan tersebut masih dapat dilepasliarkan kehabitatnya. Semua jenis Orangutan adalah satwa dilindungi sesuai peraturan terbaru dari KLHK yaitu P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018.
Awalnya pihak THPS sangat berharap 2 Orangutan Sumatera tersebut dapat dipelihara di Lembaga Konservasi yang dikelolanya dengan pertimbangan telah memiliki sumber daya yang mumpuni untuk melakukan perawatan. Mengingat bahwa populasi Orangutan Sumatera menurun maka Balai Besar KSDA Sumatrera Utara akan merehabilitasi dan melepasliarkan satwa ini ke habitat alaminya. Pertimbangan lainnya adalah adanya mitra konservasi Yayasan Ekosistem Lestari yang telah berpengalaman dalam melakukan rehabilitasi dan reintroduksi Orangutan Sumatera sejak tahun 2002.
Setelah mendapat penjelasan, kemudian pihak Taman Hewan Pematangsiantar (THPS) menyatakan dukungan terhadap upaya pelestarian Orangutan Sumatera dan bersedia menyerahkan kedua orangutan dimaksud kepada Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Proses penyerahan Orangutan Sumatera ini berlangsung pada Rabu 1 Agustus 2018, bertempat di kantor Balai Besar KSDA Sumatera Utara. Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara menerima langsung penyerahan orangutan dari pihak Taman Hewan Pematangsiantar (THPS) yang diwakili oleh Khoeruddin,S.H,MM selaku manager Taman Hewan Pematangsiantar (THPS).
Dr. Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc,For, Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara mengatakan “Sesuai arahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57/Menhut-II/2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 bahwa Orangutan Sumatera (Pongo abelii) termasuk dalam katergori “Prioritas Sangat Tinggi” dengan arahan pengelolaan pelestarian “Insitu”. Dengan demikian 2 (dua) Orangutan tersebut harus dilepasliarkan ke habitat alaminya setelah melalui proses rehabilitasi”.
Lebih lanjut Kepala Bidang Teknis KSDA BBKSDASU Ir. Irzal Azhar, M.Si menambahkan “Orangutan yang masuk ke Pusat Karantina Orangutan Sumatera akan dilakukan pemeriksaan kesehatan, perawatan dan dilatih untuk dipulihkan sifat liarnya. Ketika dinyatakan layak oleh tim medis maka orangutan akan dilepasliarkan ke habitan alaminya. Harapannya orangutan tersebut dapat berkembangbiak dihabitat alaminya dan populasinya bertambah ”.
Sumber : Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
SEMARAK GLOBAL TIGER DAY MEDAN 2018
Medan, 30 Juli 2018
Setelah sukses melaksanakan aksi mural di Kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, pada Rabu, 25 Juli 2018, kali ini puncak acara peringatan Hari Harimau Sedunia Tahun 2018 dilaksanakan di halaman Kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, pada Minggu, 29 Juli 2018.
Perayaan tahun ini mengusung tema “Kearifan Lokal Untuk Harimau Sumatera”. Dalam sambutannya, Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Dr. Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc.For., menyampaikan bahwa tema ini mengandung pesan perlunya mengembalikan marwah Harimau Sumatera sebagai raja hutan selain sebagai satwa yang dilindungi, juga menjadi satwa yang punya posisi penting dalam ekologi dan kehidupan sosial budaya masyarakat.
“Sejak dulu masyarakat Tapanuli yang tinggal disekitar kawasan hutan punya kearifan lokal, dimana satwa harimau mereka sebut juga dengan Ompung. Gelar “Ompung” bagi masyarakat suku batak merupakan posisi yang sangat dihormati, dan begitu jugalah bentuk penghormatan masyarakat terhadap harimau. Karena harimau tidak akan menyerang manusia sepanjang kehidupannya juga tidak diganggu ” ujar Hotmauli.
Oleh karena itu, lanjut Hotmauli, momentum Global Tiger Day 2018 ini menjadi penting artinya dalam mensosialisasikan perlunya perlindungan dan penyelamatan satwa Harimau Sumatera, yang saat ini populasinya di Sumatera Utara diperkirakan tinggal 400 ekor lagi.
“Kita tentunya tidak ingin nasib Harimau Sumatera mengalami nasib yang tragis seperti Harimau Bali dan Harimau Jawa yang telah lebih dahulu punah. Untuk itu mari terus kita kampanyekan upaya penyelamatan Harimau Sumatera, seperti yang kita lakukan saat ini, meskipun sederhana tetapi tidak mengurangi maknanya serta bermanfaat,” tegas Hotmauli. Lebih lanjut Hotmauli mengatakan bahwa Beberapa faktor penyebab menurunnya populasi Harimau Sumatera adalah berkurangnya habitat asli yang disebabkan alih fungsi kawasan dan perambahan hutan, terfragmentasinya habitat asli sehingga menyebabkan Harimau Sumatera kekurangan makanan, faktor genetik dan perburuan liar serta konflik manusia dengan Harimau Sumatera. Konflik menyebabkan kerugian dipihak manusia dan harimau itu sendiri.
Peringatan Global Tiger Day 2018, kali ini diisi berbagai kegiatan seperti senam bersama, lomba mewarnai dan menggambar untuk tingkat taman kanak-kanak (TK) dan sekolah Dasar (SD), serta lomba cipta puisi untuk tingka SD dan SMP.
Peringatan Hari Harimau Sedunia Medan 2018, dihadiri Plh. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Joko Iswanto, SP., Kepala Seksi Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum LHK Wilayah Sumatera, pejabat lingkup Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, Komunitas Tiger Heart Medan, siswa/pelajar dan masyarakat. (Evan).
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
SOSIALISASI E-KINERJA BBKSDASU
Medan, 26 Juli 2018
Dalam rangka penilaian kinerja PNS, setiap PNS wajib mengisi E-Kinerja kegiatan-kegiatan harian yang menjadi dasar pembayaran tunkin. Berdasarkan surat edaran sekretaris jendral Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No : SE.12/SETJEN/ROPEG/PEG.3/6/2018 tanggal 29 Juni 2018 tentang penerapan aplikasi E-Kinerja dilingkungan Kementerian LHK berlaku secara efektif mulai bulan Juli 2018.
Balai Besar KSDA Sumatera Utara mengundang kepala Sub Bagian Administrasi Kepegawaian Setditjen KSDAE sosialisasi terkait e-kinerja. Bertempat di ruang rapat Balai Besar KSDA Sumatera Utara di hadiri Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, dan Balai Taman Nasional Batang Gadis. Acara dibuka secara resmi oleh kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara Dr. Ir. Hotmauli Sianturi,M.Sc.For.
“Berdasarkan Surat Edaran Setjen bahwa pembayaran tunkin harus berdasarkan hasil dari E-Kinerja, mengingat di balai tidak ada yang mengerti tatacara pengisian dari aplikasi E-Kinerja tersebut maka saya meminta Sekditjen untuk dapat menjelaskan atau semacam coaching (mengajari) agar teman-teman tidak kewalahan untuk mengisi aplikasi tersebut”. Ujar Hotmauli.
Agenda berikutnya pemaparan E-Kinerja oleh Joko Prastio,A.Md selaku kepala Sub Bagian Administrasi Kepegawaian yang menjelaskan tentang syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi E-Kinerja.(ade)
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.
AKSI MURAL PADA GLOBAL TIGER DAY 2018
Medan, 25 Juli 2018.
Global Tiger Day (GTD) atau Peringatan Hari Harimau Sedunia merupakan peringatan tahunan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap konservasi harimau di dunia. Peringatan ini disepakati pada pertemuan tingkat tinggi di Saint Petersburg dalam Tiger Summit tanggal 29 Juli 2010, dilatarbelakangi oleh kondisi populasi harimau yang mendekati kepunahan.
Global Tiger Day 2018 akan diselenggarakan di 10 kota, yaitu : Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Bengkulu, Jambi, Bandar Lampung, Jakarta dan Purwokerto.
Rangkaian kegiatan Global Tiger Day di Medan 2018, dimulai dengan kegiatan mural (melukis tembok) yang mengangkat tema “Kearifan Lokal Untuk Harimau Sumatera”. Kegiatan ini bertujuan untuk kampanye konservasi harimau kepada masyarakat (publik).
“Aksi mural ini mengingatkan publik agar bisa berperanserta dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati, khususnya Harimau Sumatera,” pesan Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Dr.Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc.For.
Harapannya masyarakat aktif menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati di Sumatera Utara, khususnya satwa yang terancam punah seperti Harimau Sumatera, lanjut Hotmauli.
Aksi mural, dilaksanakan pada Rabu, 25 Juli 2018, bertempat di dinding (tembok) kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, yang dihadiri : Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Kepala Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, Plh. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Kepala Balai Pengamanan dan Penegakkan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Sumatera, dan para pejabat eselon III dan IV lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara. (Evan)
Posted in Blog by Umi Chaniago with no comments yet.